Pendidikan Keluarga : Asi Eksklusif 2 Tahun Bagian Imunitas Bayi

Jakarta – Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada enam bulan pertama kehidupan adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Sebab, ASI dapat memperkuat pertumbuhan otak, hati dan sistem imun tubuh yang nantinya dapat membantu anak tumbuh secara optimal. Oleh karena itu, kesadaran pemberian ASI harus ditingkatkan demi terwujudnya generasi sehat, cerdas dan produktif yang akan membawa Indonesia menjadi negara maju.

Pemberian ASI juga menjadi salah satu intervensi prioritas yang terbukti efektif dalam pencegahan terjadinya stunting (anak kerdil). Untuk itu, pemberian ASI kepada anak harus terus didorong agar prevalensi stunting di Indonesia dapat segera diturunkan, sebagaimana target pemerintah turun hingga 14 persen pada tahun 2024.

Selain stunting, pemberian ASI dengan tepat sampai 2 tahun dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), menurunkan potensi terserang diare pada bayi sebesar 50%, dan penyakit usus parah pada bayi prematur dapat berkurang presentasenya sebanyak 58%. Manfaat penyaluran ASI pun dapat dirasakan oleh ibu, yakni potensi risiko kanker payudara yang juga menurun 6-10%.

Zat gizi lengkap dari ASI membentuk daya tahan tubuh yang kuat, sehingga potensi sakit pada anak akan berkurang. Kolostrum dalam ASI mengandung imunoglobin A yang membuat usus bayi dari susunan belum sempurna menjadi matang. Bila ada kuman atau agen infeksi lain yang masuk ke dalam tubuh, dengan mudah ditangkap karena permukaan usus bayi lebih matang.

Kemudian ketika ASI menjadi matur (bukan lagi kolostrum), zat antibodi di dalamnya menjadi bervariasi. Misalnya dalam kondisi ibu sakit, zat antibodi di dalam ASI sangat bermanfaat bagi bayi. Ada mitos bahwa ketika ibu mengalami batuk dan pilek ringan tidak boleh menyusui bayi. Faktanya, justru ketika ibu menyusui pada saat kurang sehat itu, bayi akan mendapatkan antibodi lebih tinggi.

Selain kesehatan fisik, ASI juga berpengaruh pada kecerdasan. Bayi yang memperoleh ASI memiliki tingkat pemahaman terhadap sesuatu lebih baik. Proses pemberian ASI juga meningkatkan kepercayaan diri anak. Semua keuntungan ini tidak akan diperoleh bayi yang tanpa ASI. Ibu sendiri juga mengalami kerugian bila tidak memberikan ASI. Karena menyusui sebetulnya tabungan kesehatan ibu di masa mendatang. Menyusui mengurangi risiko osteoporosis, diabetes melitus dan hipertensi. Mengurangi risiko hipertensi otomatis juga meminimalkan risiko penyakit kardiovaskuler, seperti jantung, stroke dan kanker.

Menurut data Kementerian Kesehatan, bayi yang memperoleh ASI eksklusif di Indonesia masih di bawah 50 persen. Artinya, masih lebih dari setengah anak-anak di Indonesia tidak memperoleh haknya untuk mendapatkan ASI eksklusif. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk terus mendorong dan mendukung ibu-ibu dapat memberikan ASI selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun.  Oleh karena itu, agar kesadaran menyusui meningkatdiperlukan dukungan kepada para ibu dan keluarganya dalam membangun kepercayaan diri tentang proses menyusui, memberikan konseling tentang mengatasi tantangan dalam menyusui dan menciptakan lingkungan yang ramah untuk seorang ibu menyusui anaknya. Terutama pada masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ini, konselor menyusui yang terampil juga harus dapat memastikan agar akses ke layanan konseling menyusui tidak terganggu pelayanannya dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menyusui bagi bayi dan anak hingga usia dua tahun harus terus digelorakan.

Leave a Comment